Malaikat Pelindung
Lega kurasakan saat semua acara berjalan dengan lancar. Banyak panitia mulai mendokumentasi berbagai hal termasuk memotret diri bersama yang lainnya. Setelah semuanya berjalan kami pun mulai membereskan satu per satu barang termasuk mengembalikan barang yang kami pinjam. Aku pun turut mengambil bagian untuk mengerjakan hal yang bisa ku lakukan. Malam itu aku membawa 2 meja yang ku pegang disamping kiri lalu dibonceng oleh senior ku. Misel namanya.
Sepanjang perjalanan kami bercerita sembari mengingat acara nan meriah yang baru kami selesaikan. Mata ku menatap langit yang dipenuhi ribuan bintang kemudian kembali mengarahkan pandanganku ke depan.
Oh…tidak!!! Di depan ada sebuah truk berwarna kuning. Posisi kami dengan truk sangat dekat. Bagaimana ini apakah aku bisa selamat? Apakah aku masih diberi kesempatan untuk melewati hari? Ku rasa tidak. Meja yang ku pegang menabrak sudut kanan belakang truk yang membuatku hilang kendali hingga akhirnya terjatuh. Kaki ku tersangkut pada pijakan motor yang membuatku terseret dengan motor yang terus melaju. Lemah, pusing, dan tak mampu memanggil nama senior ku yang tak menyadari aku telah terjatuh dari motor yang ia kendarai. Ku tutup mata erat-erat merelakan hidupku sepenuhnya kepada yang Maha Kuasa. Sejenak ku dengar suara teriakan yang menghentikan laju motor seniorku. Namun tiba-tiba saja keheningan melanda diriku. Masih adakah aku di bumi ini? Ku rasa tak ada.
Ikha…..Ikha… panggil seniorku membuat diriku memberanikan diri untuk membuka mata. Aku masih hidup. Kalimat yang terbesit di kepalaku. Luka di bahu kanan membuat tubuh terasa perih. Namun tak ku bayangkan, bagaimana bisa aku terjatuh dengan posisi menatap langit namun yang terluka bahu kanan bagian depan. Logika ku, kepala belakangku lah yang seharusnya terluka karena terbentuk dengan aspal. Oh….aku sendiri bahkan tak tahu bagaimana cara menjelaskan detailnya. Satu hal yang ku pikirkan waktu itu malaikat penjaga utusan dari Bapa sedang melindungiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar